Assalamualaikum WISHolic..
Oke, pada postingan kali ini kita akan ngelanjutin cerita moodboster kita, Teuku Wisnu ketika melakukan perjalanan di Tanah Suci :)
buat kalian yang belum sempat membaca bagian pertama, don't worry guyssss ;) silahkan langsung klik http://iniduniashireen-wisnu.blogspot.com/2014/12/late-post-teuku-wisnu-catatan.html untuk membaca cerita sebelumnya TEUKU WISNU - Catatan Perjalanan Di Tanah Suci (Bagian 1)
Yap! sekarang untuk TEUKU WISNU - Catatan Perjalan di Tanah Suci bagian 2
check this out guyssssss :D
--
June, 09 2014 - Ada beberapa hal yang akan saya ceritakan tentang perjalanan saya di mekkah .
Ketika pertama kali sampai di kota suci Mekkah, kami langsung singgah
ke Masjidil Haram karena rencananya kami akan langsung melaksanakan
umrah. Kami segera berjalan masuk untuk melaksanakan langkah-langkah
umrah , dan hal pertama yang kami lakukan adalah : Niat di Miqat
Miqat adalah tempat untuk melafazkan niat untuk umrah sebelum masuk ke
Mekkah . Niat dilakukan hanya di miqat, tak bisa di tempat yang lain .
Miqat in berjarak sekitar 9km dari kota Mekkah.
Setelah selesai melakukan niat , kami segera melanjutkan perjalanan
untuk melakukan langkah selanjutnya : tawaf (mengelilingi ka’bah
sebanyak 7 kali) .
Ketika berjalan, penglihatan saya langsung tertuju pada satu objek.
saya dapat melihat ka’bah ! walaupun masih dari kejauhan namun dan
terhalang oleh beberapa bangunan. Bersama yang lainnya, kami terus
berjalan dengan semangat sambil mendekati ka’bah , beberapa bangunan
yang menghalangi tak lagi mulai berkurang menutupi penglihatan utama
saya, hingga akhirnya tak ada yang menghalangi dan saya dapat melihat
ka’bah secara utuh di depan hadapan saya.
Saya merasa takjub melihat ka’bah yang memiliki banyak cerita dalam
sejarah perjuangan Rasulullah SAW ketika beliau masih di Mekkah. Ucapan
selamat datang ini lagi-lagi membuat saya kembali menangis kagum . Saya
benar-benar dibuat terkesan dengan apa yang saya lihat dan saya rasakan
pada saat itu.
Tangisan belum juga terhenti , bahkan makin menjadi ketika saya
melakukan tawaf . Saya masih teringat semuanya . Saya tak bosan
membayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah pada saat itu .
Tawaf telah selesai dilaksanakan,Alhamdulillah kami pun melaksanakan
sa’i . Sai ialah berjalan kaki dengan berlari-lari kecil bolak balik
sebanyak 7 kali dari bukit Shafa ke bukit Marwah . Di sana para jama’ah
pria disunatkan untuk berlari kecil sedangkan jama’ah wanita berjalan
cepat . Sa’I dapat dilakukan dalam keadaan tidak berwudhu dan oleh
wanita yang sedang haid atau nifas.
Di sini, saya membayangkan bagaimana perjuangan Siti Hajar, Ibunda Nabi Ismail dan juga Istri Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk meninggalkan
anak dan istrinya di lembah yang gersang dan sunyi bernama mekkah.
Berangkat dari Syria, Nabi Ibrahim pun akhirnya membawa anak dan
istrinya melewati padang pasir yang kering juga menyengat . Tak ada
satupun pepohonan bahkan mata air sepanjang perjalanan .
Setelah memberitahu Siti Hajar tentang perintah Allah SWT tersebut ,
Siti Hajar terdiam . Namun karena kecintaan dan keyakinannya pada Allah
SWT , Siti Hajar pun akhirnya berkata pada Nabi Ibrahim “Jika benar ini
adalah perintah Allah SWT , tinggalkan kami di sini . Aku ridha
ditinggalkan .” Siti Hajar menggenggam tangan suaminya. Kemudian
diciumnya, minta ridho atasa segala perbuatannya selama mereka bersama.
Tak sanggup menahan perih sebagai seorang suami dan ayah, Nabi Ibrahim
pun berdoa “Ya Rabb, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah
Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb, yang demikian itu agar
mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizqi dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur,” (Q.S. Ibraahiim ayat 37)
Selesai berdo’a, tanpa menoleh ke arah isteri dan anaknya, Nabi Ibrahim
terus meninggalkan tempat itu dengan menyerahkan mereka terus kepada
Allah SWT. Tinggallah Siti Hajar bersama anaknya yang masih merah dalam
pelukannya. Diiringi kepergian suaminya dengan linangan air mata dan
syukur. Ditabahkan hati untuk menerima segala kemungkinan yang akan
terjadi.
Tidak lama selepas kepergian Nabi Ibrahim, perbekalan makanan dan minuman pun habis. Air susunya juga kering sama sekali.
Anaknya Ismail menangis kehausan. Siti Hajar kebingungan. Di mana
hendak diusahakannya air di tengah padang pasir yang kering kerontang
itu?
Ketika dia mencari-cari sumber air, dilihatnya dari jauh seperti ada
air di seberang bukit. Dia berlari ke arah sumber air itu. Tetapi apa
yang dilihatnya hanyalah fatamorgana.
Namun Siti Hajar tidak berputus asa. Dari tempat lain, dia melihat
seolah-olah di tempat di mana anaknya diletakkan memancar sumber mata
air.
Dia pun segera berlari ke arah anaknya. Tetapi sungguh malang, yang
dilihatnya adalah fatamorgana. Tanpa disadari dia bolak-balik sebanyak
tujuh kali antara dua bukit, Safa dan Marwa untuk mencari sumber air.
Tubuhnya keletihan berlari ke sana ke mari mencari sumber air, namun
tiada tanda-tanda dia akan mendapat air. Sedangkan anak yang kehausan
itu terus menangis sambil menghentak-hentakkan kakinya ke bumi.
Tiba-tiba dengan rahmat Allah SWT, sedang Siti Hajar mencari-cari air,
terpancarlah air dari dalam bumi di ujung kaki anaknya Ismail.
Pada waktu itu gembiranya hati Siti Hajar bukan kepalang. Dia pun
mengambil air itu dan terkeluar dari mulutnya, “Zam, zam, zam..” yang
berarti, berkumpullah, berkumpullah. Seolah-olah dia berkata kepada air
itu, “Berkumpullah untuk anakku.”
SubhanAllah , saya membayangkan perbandingan antara saya dan Siti Hajar
. Di ruangan yang kini ber-AC dan berlantai ubin, tapi ketika saya
berjalan rasanya benar-benar pegal . Tak ada apa-apanya jika dibanding
dengan beratnya perjuangan Siti Hajar pada saat itu , matahari yang
terik , jalan yang berbatu . Pastinya perjalanan beliau tak semudah yang
kami , jama’ah umrah lakukan sewaktu sa’i.
Setelah melakukan sa’i, kami pun melaksanakan langkah terakhir dalam
pelakasanaan umrah yaitu tahallul . Tahallul sendiri adalah memotong
sebagian atau seluruh rambut .Tahallul memiliki arti “menjadi halal”
atau “menjadi boleh”, karena beberapa hal yang haram dilakukan saat
ihram menjadi batal . Ada dua cara dalam melaksanakan tahallul : Yang
pertama ialah halq , yaitu memotong habis rambut , dan yang kedua ialah taqsir , yaitu hanya memotong sebagian rambut
. Saya memilih untuk hanya memotong sebagian rambut saya . Saya hanya
memotong lima helai rambut saja –tidak sampai botak seperti yang lain-
Karena untuk urusan pekerjaan . Pada saat itu tidak terlalu lama
melaksanakan tahallul.
Alhamdulillah , pelaksanaan umrah pun akhirnya selesai . Kami pun
beristirahat di sebuah hotel yang lokasinya tak terlalu jauh dari
masjidil haram. Begitu banyak cerita yang sangat berarti untuk saya pada
hari itu .
-bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar